Saturday, March 8, 2014

Sejarah Surat Perintah Sebelas Maret

Sejak dulu Surat Perintah Sebelas Maret yang disingkat Supersemar telah menjadi polemik bangsa ini, pasalnya sampai saat ini naskah asli Supersemar tersebut belum ditemukan.

Supersemar sendiri merupakan surat perintah yang ditandatangani oleh Presiden Soekarno tertanggal 11 Maret 1966 yang isinya menginstruksikan Panglima Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib) dan sekaligus Menteri Panglima Angkatan Darat yang dijabat oleh Letjen. Soeharto untuk mengambil tindakan yang dianggap perlu untuk mengatasi situasi keamanan yang buruk serta perlu adanya ketenangan dan kestabilan pemerintahan dan jalannya revolusi.

Mungkin waktu SD kita pernah mendapatkan pelajaran sejarah tentang Supersemar ini, nah Supersemar yang kita dapatkan adalah yang dikeluarkan oleh Mabes Angkatan Darat dimana sebagian kalangan sejarawan Indonesia mengatakan bahwa sebenarnya Supersemar ini ada beberapa versi, hingga saat ini masih ditelusuri keberadaan naskah supersemar asli yang dikeluarkan oleh Presiden Soekarno di Istana Bogor pada saat itu.




Secara singkat kenapa Supersemar sampai dikeluarkan adalah diawali pada tanggal 11 Maret 1966 Presiden Soekarno mengadakan sidang pelantikan Kabinet Seratus Menteri atau Kabinet Dwikora. Dalam Kabinet yang terdiri dari 100 menteri tersebut banyak terdapat menteri yang diduga terlibat peristiwa Gerakan 30 September PKI dan salah satunya adalah Subandrio yang menjabat Wakil Perdana Menteri I.

Berdasarkan kenyataan tersebut maka Pasukan Kostrad yang  dipimpinan Mayor Jendral Kemal Idris bermaksud menahan menteri-menteri yang terlibat G-30S-PKI tersebut. Paspampres waktu itu yang bernama Tjakrabirawa dengan panglimanya Brigadir Jendral Sabur melaporkan situasi tersebut kepada Presiden Soekarno.


Kemudian Presiden Soekarno bersama Waperdam I Soebandrio dan Waperdam III Chaerul Saleh memutuskan untuk mengamankan diri ke Istana Bogor dengan menggunakan pesawat helikopter. Sidang pelantikan Kabinet Seratus Menteri akhirnya ditutup oleh Waperdam II Dr. J. Leimena dan setelah itupun beliau menyusul ke Istana Bogor.


Perginya Presiden Soekarno dan 3 orang Waperdam ke Istana Bogor dilaporkan kepada Mayor Jendral Soeharto yang kemudian mengutus tiga orang perwira tinggi Angkatan Darat untuk berangkat ke Bogor menemui Presiden Soekarno, mereka adalah Brigjen. M. Jusuf, Brigjen. Amirmachmud dan Brigjen Basuki Rahmat. Ketiga perwira tinggi Angkatan Darat tersebut menyatakan bahwa Mayjen. Soeharto mampu mengendalikan situasi dan memulihkan keamanan bila diberikan surat tugas yang memberikan kewenangan kepadanya untuk mengambil tindakan yang diperlukan. 

Pembicaraan antara Presiden Soekarno dan ketiga perwira tinggi Angkatan Darat mengenai situasi keamanan negara dan perlunya surat perintah untuk mengamankannya berlangsung sampai pukul 20.30 malam, hingga akhirnya Presiden Soekarno menyetujui untuk dibuatkan surat perintah yang kemudian dikenal dengan Surat Perintah Sebelas Maret atau disingkat Supersemar. 

Surat itulah  yang akhirnya menghantarkan Mayjend Soeharto menjadi Presiden Republik Indonesia yang ke 2 dan bertahan hingga lebih dari 30 tahun.

Demikianlah info mengani Sejarah Surat Perintah Sebelas Maret Supersemar semoga bermanfaat.
Disqus Comments